Pengertian Dari Zat Warna Tekstil Secara Lengkap

Dalam kerajinan karya tekstil, ada beberapa keteknikan yang menggunakan bahan pewarna antara lain teknik batik, cetak saring,tenun, renda, dan rajut. Zat warna tekstil dapat digolongkan menurut cara perolehannya yaitu zat warna alamdan zat warna sintetis. Sebelum kita mengenal zat warna terlebih dahulu kita mengenal warna menurut spektrum atau panjang gelombang yang terserap.

Pengertian Dari Zat Warna Tekstil Secara Lengkap


1. Pengertian warna 

Daerah dari tampak spektrum terdiri dari radiasi elektromagnetik yang terletak pada panjang gelombang antara 4000 angstrum (400 nm) sampai 8000 angstrum (800 nm) dimana 1 angstrum = 10-8 cm = 0,1 nano meter. Sedangkan radiasi (penyinaran) dibawah 4000 angstrum tidak akan tampak karena terletak pada daerah ultra violet, indigo, biru, hijau, kuning, jingga, dan merah.

2. Percampuran warna

Hampir semua warna yang terdapat dalam bahan tekstil dapat diperoleh dengan cara mencampurkan tiga jenis zat warna. Untuk dapat memahami hal ini diperlukan pengertian tentang sifat-sifat warna primer dan jenis-jenis penyempurnaannya.
Sedangkan pada pencampuran warna subtraktif akan terjadi pada peristiwa pencelupan dan printing. hasil yang diperoleh berbeda dengan pencampuran warna secara adaktif. Pencampuran warna secara subtraktif yaitu digunakan warna-warna skunder.

a. Zat warna alam

 Zat warna alam


Zat warna alam (natural dyes) adalah zat warna yang diperoleh dari alam atau tumbuh-tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Agar zat pewarna alam tidak pudar dan menempel dengan baik, proses pewarnaanya didahului dengan mondarting yaitu memasukan unsur logam kedalam serat (tawas/al).

Bahan pewarna alam yang digunakan untuk tekstil dapat diambil pada tumbuhan bagian daun, buah, kulit kayu, atau bunga. Tumbuhan penghasil warna alam selain tersebut diatas, sampai saat ini sudah ditemukan sekitar 150 jenis tumbuhan yang diteliti oleh balai besar kerajinan dan batik Yogyakarta. Tanaman lain diantaranya : morinda citrifolia (jawa : peace, mengkudu, hawai : noni), menghasilkan warna merah dari kulit akar, warna soga dihasilkan oleh tiga jenis tanaman yang digabungkan atau diekstrak bersama-sama antara ceriops condolleana (jawa tingi). pelthopherum (jawa:jambal) dan cudrania javanensi (jawa:tegeran) dicampur menjadi satu, dengan perbandingan 4:2:1 yang berasal dari kayu atau kulit kayunya. Ada tiga taap proses pewarnaan alam yang harus dikerjakan yaitu : prosses mordanting (proses awal/pre-treatment), proses pewarnaan (pencelupan) dan proses fiksasi (penguatan warna).

1) Proses mordanting (proses awal/pre-treatment)

Mordanting kain sutra
Resep: 500 gr kain sutra
100 gr tawas
15 liter  air

Prosedur mordanting
  • Kain sutra ditimbang.
  • Tawas dilarutkan dalam air sambil di aduk-aduk sampai larut sempurna dengan dipanaskan sampai 600 C.
  • Kain sutra dimasukan kedalam larutan tawas yang sebelumnya kain dibasahi dengan air biasa dan diperas, suhu di pertahankan setabil 600C.
  • Pemanasan dilanjutkan dengan api kecil sekitar 1 jam.
  • Api dimatikan dan didiamkan dalam larutan hingga 24 jam.
  • Sutra diangkat, cuci bersih dan keringkan.


Untuk kain katun
Resep : 500gr kain katun
100 gr tawas
30 gr soda abu

Prosedur mordanting katun
  • Tawas dan soda abu dilarutkan dalam 15 liter air, panaskan sampai mendidih.
  • Kain dimasukan kedalam larutan mordan yang sebelumnya dibasahi dengan air dan diaduk-aduk selama 1 jam.
  • Api dimatikan dan di diamkan dalam larutan hingga 24 jam.
  • Diangkat dan cuci bersih (tanpa sabun atau tambahan lainnya) keringkan dan setrika.


2) Peroses pewarnaan (pencelupan)

Sebelum dilakukan pewarnaan, bahan zat warna alam seperti kayu, kulit kayu atau biji dilakukan proses ekstrasi dengan perebusan.

Ekstraksi bahan pewarna alam:
  • Bahan dari biji, contohnya bixa orellana (somba) sebanyak 250 gr ditambah air 5 liter abu atau soda abu 2 gr hingga PH 7,5 - 9. Direbus bersama-sama selama 1 jam, disaring dan siap untuk mearnai kain.
  • Untuk bahan dari kayu : secan, tinggi, tegeran, atau yang lainnya, 1 kg kayu/bahan pewarna ditambah 5 liter air rebus selama 1 jam, saring dan siap untuk mewarnai.
  • Untuk daun : 1 kg daun (alpukat, jambu biji, puring dsb) ditambah air 6 liter rebus 1 jam atau sampai air menjadi 4,5 liter, saring dan siap untuk mewarnai.


Langkah pewarnaan sebagai berikut :

a) Kain yang telah di modran, dilakukan pengikatan untuk teknik ikat celup atau pembatikan terlebih dahulu kemudian dicelupkan kedalam larutan TRO 1 gr/liter dan tiriskan.

b) Masukan kain kedalam larutan ekstrasi zat warna, sambil dibolak balik sampai rata dan direndam selama 15 menit.

c) Kain diangkat dan tiriskan, kemudian buka ikatannya untuk teknik ikat, keringkan dengan posisi melebar diangin-anginkan sampai kering. Pewarnaan diulang minimal 3 kali celupan.

3) Proses fiksasi ((penguat warna)

Ada 3 jenis bahan fiksasi yang sering digunakan karena aman penggunaanya terhadap lingkungan, bahan fiksasi selain menguatkan ikatan zat warna alam dengan kain juga sangat menentukan arah warna yang berbeda. Tawas menghasilkan warna muda sesuai warna aslinya, kapur menengah atau arah kecoklatan, tunjung arah yang lebih tua atau mengarah ke warna hitam. Adapun resep fiksasi sebagai berikut :

a) tawas 50 gr/liter air
b) Kapur 50 gr/liter air
c) Tunjung 5-10 gr/liter air

Cara fiksasi

a) Menimbang tawas 50 gr untuk dilarutkan kedalam 1 liter air.
b) Apabila ingin membuat 3 liter larutan tawas maka timbang 50 gr x 3 = 150 gr tawas.
c) Letakan larutan ini ke ember plastik. Begitupun untuk kapur dan tunjung dengan cara yang sama.
d) Kain yang sudah diwarna dan sudah dikeringkan, masukan kedalam larutan tawas, kapur atau tunjung kurang lebih 7,5 menit untuk tawas dan kapur dan untuk tunjung 3 menit.
e) Setelah itu cuci bersih dan keringkan
f) Untuk pencucian lebih bersih bisa direbus dengan air suhu 600 C dengan ditambah sabun attack atau TRO selama 10 menit, cuci lagi dengan air dingin.
g) Keringkan ditempat teduh dan setrika.

b. Zat warna sintetis

Zat warna sintetis


Zat warna sintetis (ayntehetice dyes) atau zat warna kimia mudah diperoleh, stabil dan praktis pemakaiannya. Zat warna sintetis dalam tekstil merupakan turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, toluena, naftalena, dan antrasena diperoleh dari arang batu bara yang merupakan cairan kental hitam.
Tidak semua zat warna sintetis bisa dipakai untuk pewarnaan bahan kerajinan, karena ada zat warna yang prosesnya memerlukan perlakuan husus, sehingga hanya bisa dipakai pada skala industri.

Subscribe to receive free email updates: